Dini Andriyani Note: Tulisan dari Kanda

Tulisan dari Kanda

Ini bukan sebuah tulisan ilmiah yang menelaah sesuatu berdasarkan metodologi ilmu. Tidak pula murni fiksi yang menceritakan segala hal yang terjadi dengan bahasa pengandaian berlebih. Ini hanya tulisan sederhana yang menggabungkan dua unsur tadi dan hanyalah ulasan kehidupan semata. Pengalaman sendiri yang mungkin bisa dipetik hikmah oleh pembacanya. Hehe.

Hidup ini sangatlah kompleks, banyak sekali hal yang terjadi di dunia ini secara terencana oleh sang Pencipta. Wajar saja bila ada banyak manusia yang mengeluh dan tidak menyukai akan hal yang terjadi padanya, karena kita bukan Pencipta yang sudah menyusun keadaan dengan sangat sempurna. Kita hanya bisa menyadari indahnya rencana sang Pencipta bila kita berfikir jernih dan mengingat akan kuasa-Nya.

Karena semua rencana-Nya tidak terlihat indah dengan kasat mata, butuh pemikiran dan hati yang bersih untuk meraih esensinya. Maka dari itu, saya pribadi kurang suka memberi istilah akan suatu perkara dengan sebutan “kebetulan”, karena seakan-akan meniadakan peran Tuhan dan Tuhan menjadi – maaf – blunder dengan ciptaan-Nya sendiri sehingga ada banyak hal yang tidak diketahui-Nya. Tentu saja itu mustahil bagi-Nya. Silahkan buka al-Quran surat al-An’am ayat 59. Hiruk pikuk permasalahan setiap manusia sudah diukur dengan kadar dan ketentuannya secara pas dan sempurna (Al-Furqon: 2). Tuhan pula tidak akan mendzolimi manusia dengan memberikan permasalah diluar kemampuannya (Al-Baqoroh: 286).

Untuk menggantikan paradigma “kebetulan” tadi, saya lebih senang menggantinya dengan istilah “tidak terduga”, karena tidak terduga bukan berarti tidak direncanakan. Tidak terduga pula bukan berarti menganggap hal tersebut tidak direncanakan, tapi itu hanyalah belum pahamnya pemikiran manusia akan maksud dan tujuan sebuah perkara.

Saya ambil contoh, jika kita ingin sekolah sampai S3, tentu kita harus menyelesaikan jenjang pendidikan secara sistematis. Katakanlah Tuhan telah menuliskan di lauh mahfudz anda itu akan menjadi Doktor. Namun pada perjalanannya, anda mengidap penyakit yang tidak bisa disembuhkan dan akan menghentikan karir intelektual anda. Sesaat anda berfikir bahwa ini adalah takdir anda, tidak mencapai S3, hanya sampai S2. Ini kejadian tidak terduga. Tapi siapa tahu, ternyata anda bisa sehat dan selamat dari vonis penyakit tidak bisa disembuhkan itu dan memulai kembali karir intelektual anda ke S3. Kita tidak pernah tahu apa rencana Tuhan untuk kita. Manusia hanya bisa merencanakan, tidak menentukan keadaan.

Kita hanya bisa menjalani dan mengamalkan apa yang sudah ada dihadapan kita. Kita boleh berandai-andai surga, tapi kita juga jangan melupakan pedihnya neraka. Segala hal yang telah terjadi dalam hidup kita bukan untuk disesali atau bahkan ditangisi bila itu bencana. Pula kita jangan menjadi besar kepala dan takabur bila kesenangan menghampiri kita. Kita harus ingat bahwa ujian itu bukan hanya kepedihan, tapi juga kesenangan (Al-Anbiya: 25).

-------------
Kejadian kita, walau diawali dengan tidak biasa, tapi saya sendiri sangat rela untuk membiasakannya. Ya, karena bila disesali, ini bukan tempatnya. Bila hanya ditangisi, bukan pula momennya. Ini adalah tentang hati. Bagaimana kita bertindak dan berlaku adil pada diri sendiri dengan tidak memaksakan kehendak dari kedua belah pihak.

Tapi inilah hati, tidak membutuhkan sebuah alasan mengapa ia mengarah pada dia. Yang membutuhkan alasan itu adalah pikiran kita, akal kita. Hati itu tempat menancapkan jarum niat, dan pikiran kita adalah tempat mencari dan mengarahkan kemana jarum niat itu akan diarahkan.

D.I.N.D.A., inisial yang menurutku unik dan cantik yang kugunakan untuk membuat berbagai alasan pikiran tentang hati ini melaju. Ya, tidak hanya nama saja yang kan kutemukan alasannya. Saya sendiri meyakini akan ada beragam hal yang menjadikan alasan mengapa dia, mengapa dia, dan mengapa dia. Kan kucari sendiri mengapa…

Yang ku butuhkan bukanlah sebuah teriakan, “DINDA, aku sayang kamu” dihadapan jutaan orang, karena itu akan membuatmu malu.
Bukan pula coretan dalam untaian kata yang kukirimkan berjam-jam lamanya.
Pula bukan dengan kebersamaan yang terkesan disengaja.

Tapi yang kuharap adalah dirimu. Yang kuingin adalah niatmu. Yang kudamba adalah namamu.
Karena berdua lebih baik daripada sendiri. Tapi takkan pernah ku berniat untuk melebihi kita. Takkan ku biarkan “yang lainnya” mengganggu kita. Itu tekad saya. Tidak, itu tekad kita.

Jangan kita terus memikirkan bagaimana ini semua muncul, tapi yang kita pikirkan bagaimana kita terus seperti ini ke depannya. Bagaimana kita bisa melewati seluruh halang rintang bersama. Bagaimana kita akan bertindak dalam kejamnya dan lelahnya hidup dunia.

Mari kita menjaganya. Mari kita menyiramnya. Mari kita menumbuhkembangkannya…
D.I.N.D.A.

0 komentar:

Terimakasih masukannya... :)